Rabu, 23 September 2009

Open Source adalah sebuah kemestian & pilihan masa depan IT

Pada Hari Rabu, Tanggal 5 Agustus 2009, Pukul 08.00 – 15.00 WIB, bertempat di Conference Hall, University Club (UC) UGM, Jogjakarta saya berkesempatan mengikuti Seminar Nasional JGOS (Jogja Goes Open Source) 2009 “Strategi Migrasi Open Source”, sebagai salah satu rangkaian acara Dies Natalis UGM ke 60.

Seminar ini bertujuan:
  1. Mendukung gerakan IGOS (Indonesia Go Open Source) nasional
  2. Memberikan pengetahuan terhadap peserta tentang stategi – strategi yang harus dilakukan untuk melakukan migrasi ke sistem open source.
  3. Menumbuhkan keinginan peserta untuk bermigrasi dan mengimplentasikan strategi – strategi agar proses migrasi dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
  4. Membantu migrasi ke sistem open source bagi instansi pemerintah baik daerah maupun pusat dan instansi pendidikan.
Sasaran peserta seminar ini adalah:
  1. Pimpinan institusi pemerintahan dan perguruan tinggi tingkat nasional,
  2. Staff E-government di institusi pemerintahan dan perguruan tinggi tingkat nasional,
  3. Administrator TI di institusi pemerintahan dan perguruan tinggi tingkat nasional,
  4. Mahasiswa dan masyarakat umum.
Sebagai mahasiswa S2 Simkes UGM, saya merasa perlu menambah pengetahuan tentang hal yg sedang menjadi trend dalam dunia IT / teknologi informasi (TI). Terlebih hal ini sepertinya belum menjadi concern di sector kesehatan. Terbukti dari 146 peserta yang mengikuti seminar dan berasal dari beberapa daerah & PT di Indonesia (diantaranya Universitas Muhammadiyah Semarang, Itenas Bandung, Universitas Trilangko Palu, Universitas Trisakti, Universitas Paramadina, dan perwakilan dari tiap fakultas di Universitas Gadjah Mada itu sendiri) tak satupun yg merupakan perwakilan dari Poltekkes Depkes RI.

Seminar ini dilatar belakangi oleh telah terbitnya Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 05/SE/M.KOMINFO/10/2005 tentang Pemakaian dan Pemanfaatan Penggunaan Piranti Lunak Legal di Lingkungan Instansi Pemerintah. Dalam rangka mendukung surat edaran tersebut, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara mengeluarkan Surat Edaran Nomor : SE/01/M.PAN/3/2009 tanggal 30 Maret 2009 tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS). Dalam surat edaran tersebut, diantaranya menginstruksikan Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui pimpinannya untuk :
  • melakukan pengecekan penggunaan perangkat lunak di lingkungan instansinya dan
  • menghapus semua perangkat lunak tidak legal, dan selanjutnya
  • menggunakan Free Open Source Software (FOSS) yang berlisensi bebas dan legal sebagai pengganti perangkat lunak tidak legal.
  • Diwajibkan kepada Instansi Pemerintah untuk menggunakan perangkat lunak Open Source guna menghemat anggaran pemerintah.
  • Diharapkan paling lambat tanggal 31 Desember 2011 seluruh instansi pemerintah sudah menerapkan penggunaan perangkat lunak legal.
Pemerintah Indonesia telah mengakui bahwa penggunaan Free Open Source Software merupakan salah satu alternatif untuk mencapai good governance/ pemerintahan yang baik. Pemerintahan Indonesia juga mendukung untuk selalu menggunakan dan mengembangkan OpenSource, dan telah membentuk suatu program/gerakan dengan nama IGOS yang merupakan sebuah semangat gerakan untuk meningkatkan penggunaan dan pengembangan perangkat lunak sumber terbuka ( Open Source Software ) di Indonesia. IGOS dideklarasikan pada 30 Juni 2004 oleh 5 kementerian, yaitu :
  1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Menristek),
  2. Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo),
  3. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkumham),
  4. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan
  5. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
Gerakan ini melibatkan seluruh stakeholder TI (akademisi, sektor bisnis, instansi pemerintah, dan masyarakat) yang dimulai dengan program untuk menggunakan perangkat lunak sumber terbuka di lingkungan instansi pemerintah. Dan saat ini beberapa instansi pemerintah dan pemerintah daerah (pemda) sudah menjajaki penggunaan open source pada komputer-komputer mereka. "Departemen Sosial, Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pemda Aceh, Pemkot Yogyakarta, Sragen, Malang, dan Pemda Kebumen sudah mulai menggunakan open source. Bahkan dengan gerakan tersebut para pengembang OpenSource sudah memiliki distro Linux yaitu BlankOn dan telah banyak mengembangkan program-program yang OpenSource, dari Open Office, program untuk perbankan, hingga program untuk rumah sakit.

Migrasi ke sistem open source harus dilakukan terutama bagi instansi pemerintah. Proses migrasi ke open source bukan merupakan suatu proses yang mudah, diperlukan strategi – strategi tertentu, termasuk kegiatan sosialisasi dan pendampingan kepada para pengguna yang selama ini telah terbiasa menggunakan software proprietary Windows, agar tidak timbul resistensi.

Beberapa pembicara didatangkan untuk mengisi acara yang dibagi menjadi 4 sesi. Sesi pertama diisi oleh Ir. Lolly Amalia M.Sc (Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten, Direktorat Jendral Aplikasi Telematika, Departemen Komunikasi dan Informatika). Disini beliau membahas tentang kebijakan dan tujuan penggunaan OSS pada instansi pemerintahan. “Dianjurkan kepada instansi pemerintah untuk menggunakan OSS, dan menggunakan software yang legal,” tuturnya. Ibu Lolly berbagi trik dan tips strategi migrasi open source di dalam instansi pemerintahan.

Sejalan dengan penggunaan OSS di instansi pemerintah, migrasi ke OSS telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, seperti yang disampaikan oleh Drs. Rudi Firdaus, M.Ba, M.Si (Kepala Bagian Teknologi Informasi dan Telematika Pemerintah Kota Yogyakarta) pada sesi kedua. Bapak Rudy Firdaus berbagi success story migrasi open source di lingkungan Pemerintah kota Jogja.

Pada sesi ketiga dihadirkan koordinator Pemberdayaan Open Source Software (POSS UGM), Dr. tech. Khabib Mustofa, S.Si, M.Kom. Beliau merupakan salah satu dosen SIMKES UGM, yang mengampu Mata Kuliah DBMS (Data Base Management System). Beliau mengangkat topik peran POSS UGM sebagai aktor dalam gerakan migrasi open source. Demo kehandalan Open Source Software dari laptop beliau sangat memukau peserta seminar, begitu pula dengan potongan-potongan video ajakan untuk bermigrasi ke OSS. Bapak Khabib Mustofa juga menjelaskan seluk beluk dan kelebihan dari Open Source Software dibandingkan proprietary Software.

Sesi terakhir dibawakan oleh Judi Rifajantoro, Senior General Manager IS Center PT. Telkom. Beliau menyampaikan trik-trik / strategi yg digunakan oleh PT. Telkom dalam proses migrasi ke OSS. PT. Telkom sebagai salah satu corporate terbesar di Indonesia berbagi kisah sukses dalam memanfaatkan teknologi open source dalam dunia professional.

Konsep yang diusung dalam seminar ini sedikit berbeda dari acara-acara seminar lainnya. Kali ini panitia menggunakan format talk show. Dengan demikian terjalin suasana yang lebih santai, dan para pembicara dapat saling memberikan tanggapan dalam waktu yang sama.

Sumber rujukan:
  1. jgos.ugm.
  2. osc.ugm.
  3. pptik.ugm
  4. anjar-kluwut.blogspot.com
  5. xuyas.wordpress.com
  6. oss.airputih

Tidak ada komentar: